Beritalingga.com, Lingga – Dibalik pulau kecil, Kota Dabo Singkep, berdiri sebuah bangunan bundar bernama “Pagoda” yang tak lagi seceria masa lalu.
Dikelilingi kolam dangkal yang dulu dipenuhi ikan, tempat rekreasi “Pagoda Dabo Singkep” yang sampai hari ini menyimpan sunyi, menjadi saksi bisu masa keemasan yang pernah menghidupkan ribuan jiwa masyarakat di pulau kecil berjulukan Kota Timah, Dabo Singkep, Kabupaten Lingga.
Bagi masyarakat Dabo, nama Pagoda bukan sekadar bangunan. Ia adalah kenangan, simbol kejayaan, dan ruang bersama yang pernah menjadi denyut kehidupan di masa PT. Timah masih beroperasi penuh di Singkep.
Kota ini bahkan sempat dikenal sebagai “Kota Timah”, ketika perusahaan tambang milik negara itu menjadi sumber nafkah ribuan keluarga.
Pagoda Dabo dibangun pada era 1970-an, di bawah kepemimpinan Ir. Soeranto, selaku Pds. Kuasa Direksi PT. Timah. Fungsi utamanya kala itu bukan untuk keagamaan, melainkan sebagai tempat bersantai bagi Darma Wanita, tempat rekreasi keluarga karyawan, hingga ruang berkumpul saat senja menyapa.
Meski disebut pagoda, bentuknya jauh dari menara Tionghoa bertingkat yang menjulang. Ia hadir dalam bentuk sederhana, bundar, teduh, dan menenangkan.
Bangunan itu berdiri tenang, dikelilingi kolam dan taman, menciptakan suasana yang damai untuk siapa pun yang datang.
Menurut Encik Basri, mantan karyawan PT. Timah, tak bisa menyembunyikan kerinduannya akan suasana dulu.
“Dulu ramai, orang santai-santai, bawa anak-anak. Kolamnya penuh ikan. Indah sekali…,” tuturnya perlahan, seolah memutar kembali film kehidupan di masa silam.
Seiring waktu, aktivitas tambang menyurut. PT. Timah menutup operasinya di Singkep, dan banyak asetnya, termasuk Pagoda, diserahkan ke Pemerintah Daerah.
Dari ruang hangat penuh tawa, Pagoda berubah jadi tempat yang terlupakan. Rumput tinggi menjulang, daun kering berserakan, dan jembatan kecilnya mulai lapuk dan ambruk. Sinyal jelas bahwa waktu telah menggerogoti kemegahannya.
Namun, tak semua kenangan hilang. Di tahun 2010 hingga 2018, Pagoda sempat kembali bergairah. Setiap pagi dan sore, warga datang untuk berolahraga, bersantai, hingga berfoto ria.
Bahkan, pada 2016, komunitas Dabo Creative City Forum (DCCF) sempat menggelar pertunjukan musikalisasi puisi bertema Post Stanium, membangkitkan sejarah kota dari puing ingatan.
Kini, harapan baru mulai tumbuh. Setelah camat Singkep, Agustiar, menyatakan bahwa Pagoda tengah dalam proses pengalihan pengelolaan dari kecamatan ke Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Lingga.
“Karena pertamanan dan pemakaman adalah kewenangan Dinas Perkim, maka kami akan kembalikan aset tersebut agar bisa dirawat dan diperbaiki,” ujarnya, Rabu, (21/5) lalu.
Langkah awal telah dimulai. Kepala Bidang Perumahan Dinas Perkim, Amir, juga menjelaskan bahwa proses serah terima aset sedang difinalisasi, dan dalam waktu dekat Pagoda akan kembali ditata.
“Secepatnya kami ambil alih. Meski belum ada anggaran besar, kami akan mulai lewat gotong royong dan penataan dasar,” katanya.
Rencana besar pun telah digagas, rencana menciptakan taman bermain anak, pusat kuliner, hingga ruang publik yang estetik dan ramah pengunjung.
“Kawasan ini akan kami sulap menjadi magnet baru bagi wisatawan dan warga lokal. Pagoda akan hidup kembali, bukan sekadar bangunan sunyi, tapi ruang yang penuh cerita dan harapan baru,” pungkas Amir.
Pagoda Dabo Singkep mungkin tak lagi megah, tapi dalam diamnya, ia menyimpan ribuan kenangan. Dan kini, dengan tangan-tangan baru yang menyentuhnya, harapan pun kembali tumbuh. Saksi bisu ini akan kembali bicara, dalam tawa anak-anak dan langkah wisatawan yang datang membawa hidup.
Penulis : Yudiar Kalman